Trip ke Thailand Part 2: Naik BTS, Jajan Street Food Sampai Ketemu Orang Asing!



Akhirnya ada kesempatan untuk nulis trip ke Thailand part 2! Kali ini ceritanya akan lebih seru dan menarik dibandingkan yang part 1 kemarin. Jadi, aku akan menceritakan hari kedua ku di Bangkok kota, karena hari tersebut aku hanya jalan-jalan di sekitar hotelku.

Aku stay di daerah Sukhumvit, yang terkenal sangat macet dan crowded. Yah, terpaksa stay di sini selama 4 hari 3 malem karena acara simposium orang tuaku di Hotel Ambassador Sukhumvit. Hotel ini termasuk hotel bintang 5–aku kaget karena ngga menyangka hotelnya sebesar dan senyaman itu, pelayanannya pun sangat bagus. Hari kedua aku hanya berjalan-jalan dengan ibuku, tujuan kami adalah ke Jim Thompson House Museum. Kami benar-benar buta arah dan ngga tau harus naik apa dan ke arah mana. Akhirnya, kami bertanya ke information center hotel. Petugasnya pun menunjukkan peta yang cukup besar mengenai daerah-daerah di sekitar sana. Ternyata peta ini berperan penting dan sangat membantu perjalanan kami!
Peta yang diberikan di information centre Ambassador Hotel
Untuk menuju Jim Thompson House Museum, kita bisa naik grab, taxi, atau BTS (Bangkok Mass Transit System atau Skytrain). Kami sih lebih memilih naik BTS karena ingin merasakan sensasi naik kereta di Thailand seperti apa (maklum, di Bali kan ngga ada kereta hahaha). Jadi, di dekat hotel kami untungnya ada stasiun yang dekat, tinggal jalan sedikit. Kami sempat bingung kemana arah stasiunnya, untungnya ada ibu-ibu yang sedang berjualan dan menuntun kami ke depan stasiun (Aku udah takut kena scam lagi, ternyata ibunya baik!). Nama stasiunnya adalah Nana. Kita harus menaiki tangga untuk sampai ke loket pembayaran tiket. Sampai sana agak bingung sih, karena yang lain pada beli tiket pake koin di mesin gitu, tapi ada yang antre di loket juga. Daripada bingung, kami pun antre dan ternyata bisa membeli tiket. Terkadang petugas loketnya kurang mengerti bahasa Inggris, jadi kita cukup menunjukkan peta kita dan dia akan menunjukkan peta stasiun yang harus kita tuju. Antre di loket ini cukup efektif sih buat turis yang masih bingung untuk naik BTS Skytrain. Kita akan diberikan kartu yang ada barcode untuk di scan di mesin portal sebelum berangkat dan sesudah sampai. Harga tiket berupa kartunya ini sekitar 20 baht (sekitar Rp 9.400-an) per orang.
Beli tiket dengan mesin

Beli tiket di loket

BTS nya mirip kayak KRL di Jakarta


Kartu untuk BTS skytrain tampak depan & belakang

Setelah scan kartu tersebut, kita bisa menuju gate kereta kita, biasanya ada penandanya di atas, atau bisa tanya petugasnya, nanti bakal ditunjukin kok. Setelah sampai di gate, kita tinggal masuk kereta atau menunggu kereta selanjutnya yang jaraknya cukup cepat, ngga sampai tiga menit rasanya. Naik BTS ini mirip seperti naik KRL di Jakarta sih hahaha. Karena Jim Thompson House turunnya di Stasiun National Stadium, kita harus transit untuk ganti kereta di Stasiun Siam. Tinggal nyebrang, terus masuk kereta, se-simple itu kok. Setelah masuk kereta kedua, kita akan sampai di Stasiun National Stadium. Naik BTS  ini cepat banget, ngga bakal kerasa. Setelah sampai di Stasiun National Stadium, kita harus turun ke bawah dan ternyata di sini lucu banget tempatnya karena langsung berhadapan dengan MBK Mall!
Suasana BTS 

Penanda stasiun yang akan dituju ada berupa suara juga kok 
Tampak depan MBK Mall ada patung lucu gini hehe
Suasana MBK Mall

Karena tujuan awal ke Jim Thompson House Museum, kami akhirnya kesana dengan modal bertanya pada orang-orang yang lewat. Ternyata menuju kesana harus lewat gang gitu, dan kanan kirinya ada toko dan rumah yang lucu-lucu buat foto hahaha. Sampai di Jim Thompson House Museum, kita bisa membeli tiket yang otomatis nanti akan didampingi oleh guide yang bisa dipilih dengan bahasa Inggris, Prancis, Jepang, atau Thailand. Harga tiketnya 200 baht (sekitar Rp 94.000,-). Jim Thompson ini merupakan seorang arsitek yang berasal dari Amerika dan juga bertugas menjadi tentara angkatan darat pada saat Perang Dunia II. Karena kecintaannya dengan Thailand, akhirnya ia membangun rumah dengan arsitektur dan perabotan yang unik dan menetap di Thailand. Ia juga mengembangkan industri Thai silk (sutera thailand) dan membantu potensi bisnis Thailand pada saat itu. Tragisnya, Jim Thompson menghilang pada saat berlibur ke dataran tinggi Malaysia dan tidak ditemukan hingga sekarang. Akhirnya, rumah ini disumbangkan ke Kerajaan Thailand dan dikembangkan sebagai museum pelestarian budaya.


Tempat foto yang lucu-lucu menuju Jim Thompson House Museum. Untung sepi sih hahaha
Pintu masuk Jim Thompson House Museum

Pengunjung akan diberikan informasi mengenai Jim Thompson House Museum setelah membayar tiket

Penampakan rumah Jim Thompson
Sebelum tour keliling rumah bersama guide, kami bisa jalan-jalan sendiri dengan melihat proses pemintalan benang sutera dari kepompong. Selain itu, di sini juga ada café dan art shopnya gitu. Setelah giliran kami dipanggil untuk tour, kami harus meletakan tas, minuman, dan kamera di loker dan hanya diperbolehkan membawa hp. Pengunjung juga tidak diperbolehkan memfoto keadaan dalam rumah dan barang-barang antiknya. Mungkin tujuannya supaya tidak ada tiruan dari barang-barang antik yang otentik tersebut. Tapi penjelasan guide-nya juga gampang dimengerti dalam bahasa Inggris dan cukup spesifik. Selain itu, rumahnya juga instagramable kok buat di foto, dan ada daun-daun yang menambah kesan astetik. Kita juga bisa belajar sejarah dari Jim Thompson House Museum ini.
Pemintalan benang dari kepompong sutera

Ini seperti menghaluskan benang gitu kali ya, tapi mba-mbanya cakep-cakep banget!
Guide yang menjelaskan dengan Bahasa Inggris yang lugas
Setelah selesai berkunjung di Jim Thompson House, kami berjalan keluar gang dan tergiur dengan es kelapa di pinggir jalan. Es kelapa di sini enak, rasanya seperti ngga pakai gula, murni rasa kelapa tapi seger banget! Sambil minum, kami duduk-duduk di pinggir jalan dan di sebelah ada bapak-bapak yang senyam-senyum melihat kami. Dia pun bertanya “Do you speak Thai?”. Aku udah takut sih bakal kena scam lagi, tapi ibuku malah seru ngobrol sama bapak itu. Ternyata dia pegawai kantor showroom mobil di sebrang tempat kami duduk dan bahasa Inggrisnya sangat bagus. Dia cerita macam-macam tentang Thailand dan bulan depan dia akan berkunjung ke Bali. Ketika tau kami orang Bali, dia langsung girang dan bilang “Aahh, Bali is so beautiful, I’ll go to Bali next month”. Ternyata bapak ini baik (maaf ya pak, aku udah suudzon kirain bapak bakal nipu kayak orang-orang kemarin hahaha). Bapak itu juga memberi kami rekomendasi toko oleh-oleh yang dekat sana dan katanya harganya tidak mahal karena bekerjasama dengan pemerintah.
Ibu-ibu yang menjual es jeruk dan es kelapa
Es kelapanya seger abis!
Bapak-bapak yang ngajak kami ngobrol banyak dan memberi informasi yang bagus
Setelah pamit dengan bapak itu, kami menuju toko oleh-oleh yang dimaksudkan dengan jalan kaki. Eh, malah ketemu ibu-ibu dengan baju kuning yang bertanya akan kemana dengan Bahasa Inggris. Kami bilang akan ke toko oleh-oleh (lupa namanya huhu). Ibu-ibu itu malah menuntun kami ke gerbang toko oleh-oleh tersebut. Ibu-ibu itu juga mengajak ngobrol dan kaget ketika tau kami dari Bali, Indonesia. Dia bilang, “Hah, so many earthquakes there. Are you fine?”. Dia seperti kaget kalau kami dari Indonesia yang sering kena gempa (mungkin dia lihat berita gempa di Lombok dan Palu dulu). Ibu itu juga berjalan sambil merangkul aku dan ibuku, lucu juga sih. Dia juga bilang bahwa dia adalah seorang public relation yang bekerja di hotel dekat toko oleh-oleh yang kami tuju. Sesampainya di toko oleh-oleh, kami disambut ramah oleh pegawai di sana dan ditemani berkeliling. Selain souvenir, di sana juga menjual permata asli dari Thailand. Kami juga diberikan kupon diskon sebesar 10% untuk turis. Sejauh ini perjalanan bikin happy banget sih.
Ibu-ibu yang mengantar kami sampai ke toko oleh-oleh
Lagi nyari souvenir gajah gini. Ada banyak kerajinan khas gitu sih, mirip-mirip seperti Krisna/Erlangga kalau di Bali

Akhirnya dapet patung gajah dan dapet diskon 10%!
Setelah mendapatkan barang yang kami beli, kami memutuskan untuk makan siang di MBK mall. Kami pikir harga makanan di sana mahal-mahal karena sekelas mall, tapi ternyata masih cukup terjangkau kok! Aku memesan Pad Thai seharga 50 baht (Rp 23.500,-). Pad Thai ini mirip seperti kwetiaw goreng tapi ada sensasi asam segar dari jeruk nipis dan garing dari kacang. Ibuku memesan Mango Sticky Rice seharga 100 baht (sekitar Rp 47.000,-). Pad Thainya sih enak, tapi Mango sticky ricenya agak zonk sih jadi cenderung biasa aja hahaha. Metode pembayarannya di sini pakai kartu gitu, jadi pengunjung bisa mendapatkan kartu dan mengisinya di kasir sebesar yang kita mau. Ketika selesai makan dan duduk-duduk santai di food court MBK Mall, tiba-tiba ada ibu-ibu yang ngajak ngobrol “Darimana?”. Kami kaget karena tiba-tiba bersebelahan dengan orang Indonesia juga. Ternyata mereka sekeluarga sudah terbiasa backpacker-an kemana-mana dan sekarang sudah kesekian kalinya ke Thailand. Kami mengobrol banyak mengenai trip di Thailand. Mereka pun memberi alternatif perjalanan ke Ayutthaya yang ingin kita kunjungi esok hari. Banyak banget informasi yang didapatkan dari mereka.

Bayarnya pakai kartu gini, pilihannya banyak banget dan terjangkau!
Pad Thainya enak dan terjangkau!
Penampakan Mango sticky ricenya. Biasa aja sih rasanya dan malah dikasih batunya juga haha
Ketemu keluarga dari Indonesia yang sering backpackeran
Setelah selesai makan, kami berbelanja di supermarket dan ternyata di sini snack-snacknya murah dan cocok untuk oleh-oleh gitu. Puas banget jalan-jalan sendiri dan malah ketemu hal-hal yang baru. Kami sebenarnya bakal kepikiran nyasar sih kalau naim BTS Skytrain, ehh malahan lancar-lancar aja dan seru banget! Kalian harus coba nih sensasi traveling tanpa paket tour dan malah lebih asyik. Di perjalanan pulang menuju hotel, kami mencoba jajan street food seperti sate bbq gitu. Di sini banyak daging babinya sih, jadi hati-hati dan tanyakan dulu sama dagangnya ya buat yang punya pantangan! Tapi masih ada daging ayamnya kok. Lagi-lagi satenya di sini enak sih, bumbunya ada asem manis pedas gitu, ditambah potongan paprika dan nanas bikin makin mantab! Harga satenya satu tusuk yaitu 10 baht (sekitar Rp 4.700,-). Makan malam kami selalu makan di sebrang hotel, kayak warung gitu modelnya. Di sini enak-enak sih makannya, tapi harganya lumayan karena kawasan hotel bintang 5. Terpaksa karena tempat makan yang lain pasti makin mahal dan jauh.
Street food sate bbq enak banget!
Makanan yang sering kami pesan tiap hari di depan hotel. Enak banget!
Harga makanannya yang menunya ditulis bahasa Thai, terus aku tulis terjemahannya Hahaha
Malam itu kaki sudah gempor banget karena jalan kaki kemana-mana, akhirnya kami memtuskan untuk istirahat dan bersiap untuk trip ke Ayutthaya keesokan harinya. Hari ini seru banget sih, ketemu orang-orang asing yang ramah dan sangat membantu, belanja dan jajan murah, sampai coba BTS Skytrain yang kebanyakan isinya orang lokal semua haha. Untung blog part 3 di Ayutthaya bakal makin seru sih dan aku di part 3 bakal bikin itinerary beneran! Hehehe. Ditunggu yah part 3 nya dan jangan lupa berkunjung ke blog part 1 klik di sini juga ya! 

Bocoran untuk Part 3!

CONVERSATION

0 Comments:

Posting Komentar